Tuesday, February 25, 2014

Es Dawet Ireng



Pulang Kerja itu rasanya lelah dan panas, untuk itu saya mencari sesuatu yang dapat menyegarkan diri. Akhirnya saya tertarik pada salah  satu gerobak yang berjajar di depan SDN 1 Krandegan. Tepatnya di sebelah Barat Taman Kota Banjarnegara, di gerobak  tersebut tertulis “Dawet Ireng” Khas Kebutuh.  Tak ragu-ragu saya langsung kesana.
Gambaran Kondisi tempat tersebut sebagai berikut.
 Dawet ireng disajikan dalam Gelas yang agak mirip dengan Mangkok. Cukup besar, sebelumnya saya ditawarkan untuk memilih rasa durian apa rasa Nangka. Dan Saya memilih Durian, penyajiannya mirip dengan dawet pada umumnya. Yang membedakan gula dan cendolnya, Gula Aren yang digunakan mempunyai kekentalan yang tinggi di padukan dengan  buah durian yang mempunyai rasa dan aroma yang khas, sedangkan Cendolnya berwarna Hitam dan ukuranya jauh lebih panjang dari cendol pada umumnya. 
Untuk rasa sudah tidak perlu diragukan lagi, kenikmatan santan yang gurih, gula aren yang manis dan duriannya bercita rasa tinggi membuat saya menikmatinya dengan sangat puas. Porsi yang besar menambah kesemangatan saya untuk melahab sampai habis. Saya pikir porsi yang banyak seperti itu dihargai sekitar Rp.6000, ternyata harganya hanya Rp.3000 saja.
ukup mengejutkan dan melegakan kantong, bagaimana menurut pembaca tentang dawet ireng khas Kebutuh? Ingin mencoba datang saja ke TKP. (wisnu adji) .

Monday, February 24, 2014

Tari Rampak Yaksa



Tari Rampak Yaksa
Tarian Khas Dieng

Jalan-Jalan kali ini saya akan mengajak anda mengenal salah satu budaya Tradisional dari  dieng Banjarnegara, Budaya ini memiliki daya tarik yang membuat orang terkagum melihatnya.Tari Rampak yaksa namanya, sebuah Tarian yang menceritakan  tentang  kelahiran Ksatria mumpuni di dunia pewayangan.  Nama Ksatria tersebut adalah Gatot Kaca, tokoh protagonist yang memiliki kesaktian yang luar biasa.

Diceritakan Gatot Kaca adalah anak kelahiran dari Raden Werkudara  dan Dewi Arimbi. Gatotkaca lahir tidak seperti anak normal lainnya, ia lahir masih dalam wujud buto(Yaksa) yang tali pusarnya tidak lepas dari rahim ibunnya. Tali pusar tersebut ternyata mempunyai kekuatan yang hebat, ia tidak bisa di putus dengan berbagai senjata tajam apapun.
Orang tuanya pun cemas dan bingung, akhirnya Werkudara sang Ayah pergi ke khayangan untuk meminta bantuan kepada bethara Guru.
Bethara Guru memberikan petunjuk, agar tali pusar Gatot Kaca di putus menggunakan Pringgondani.
Pringgondani sendiri memiliki makna, Kata Pring itu artinya Bambu sedangkan Gondo Itu Murka dan ndani itu artinya hapus. Artinya Bambu yang menghapus angkara murka.
Setelah tali pusarnya di potong, Gatotkaca dilebur di kawah Candradimuka dengan maksud untuk melebur watak serta wujud raksasa (yaksa), menjadi seorang yang rupawan dan berbudi pekerti yang baik dan bersih. Dan memiliki kekuatan yang luar biasa.
Tarian Rampak yaksa sering ditampilkan dalam acara ruat wayang, potong rambut gimbal dan sebagainya.